Tak Asal Tenar

Tak Asal Tenar , Influencer memang memiliki pengaruh kepada keputusan pembelian konsumen. Meski pengaruhnya besar, influencer juga memiliki perannya masing-masing dalam bisnis. Jangan memilih influencer dari tingkat ketenarannya.

Produk elektronik kian menjamur saat ini. Banyaknya merek yang bermunculan membuat persaingan bisnis semakin ketat. Bagi konsumen, ini membuka banyak pilihan untuk mencari produk terbaik.

Banyak hal yang menjadi pertimbangan konsumen ketika ingin membeli produk elektronik. Karena pertimbangan-pertimbangan tersebut, tak jarang ada saja konsumen yang berpindah dari merek satu ke merek yang lain. Di sinilah, peran influencer marketing dibutuhkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, strategi ini menjadi salah satu strategi paling efektif di berbagai industri, termasuk industri elektronik. Perubahan cara konsumen berinteraksi dengan merek dan produk telah mengarahkan banyak perusahaan untuk beradaptasi dengan pendekatan pemasaran yang lebih personal dan autentik. Sudah banyak juga merek-merek yang menggunakan strategi ini (Grafik 1).

Influencer marketing telah menjadi strategi yang dominan di berbagai sektor industri, termasuk elektronik. Sebuah infografis menunjukkan bahwa 70% merek teratas sudah menggunakan pemasaran influencer. Hal ini menandakan pentingnya peran influencer dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Di industri elektronik, 61% perusahaan telah mengadopsi strategi ini. Hal ini menunjukkan dampak signifikan terhadap penjualan produk elektronik. Keberhasilan ini didorong oleh kepercayaan dan kredibilitas yang dibangun oleh influencer terhadap audiens mereka. Selain itu, 71% pemasar ingin mempelajari lebih lanjut tentang strategi influencer. Ini mengindikasikan bahwa masih ada ruang yang besar untuk pertumbuhan dan inovasi dalam pemasaran influencer di industri elektronik.

Influencer marketing dalam industri elektronik tidak hanya terbatas pada ulasan produk, tetapi juga mencakup berbagai bentuk konten seperti tutorial penggunaan, tips dan trik, serta unboxing. Konten-konten tersebut membantu konsumen memahami produk lebih baik dan merasa lebih yakin untuk melakukan pembelian. Selain itu, strategi pemasaran ini sering kali didukung oleh kampanye pemasaran lainnya seperti iklan ATL (Above The Line) dan BTL (Below The Line), yang bekerja secara sinergis untuk mencapai tujuan pemasaran yang lebih besar. (Grafik 2)

Dalam data yang dipaparkan, jumlah ulasan menunjukkan korelasi positif dengan jumlah pesanan, bahkan pada jumlah ulasan yang sangat tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa strategi pemasaran yang melibatkan influencer dapat sangat efektif. Influencer dengan jumlah pengikut yang besar dan kredibilitas tinggi dapat menghasilkan banyak ulasan positif, yang pada gilirannya akan meningkatkan penjualan produk elektronik.

Industri elektronik, yang mencakup produk seperti AC, mesin cuci, kulkas, dan perangkat rumah tangga kecil seperti microwave dan air fryer, begitu juga smartphone memiliki kebutuhan yang unik dalam hal pemasaran. Setiap produk memiliki persona dan audiens yang berbeda, sehingga strategi influencer marketing harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing produk.

Misalnya, untuk produk home appliances yang lebih umum, kolaborasi dengan influencer yang sering mengulas tentang home decor atau interior design bisa menjadi pilihan tepat. Sedangkan untuk produk kecil yang digunakan untuk memasak, kerja sama dengan influencer yang dikenal sebagai hobi memasak atau bahkan chef bisa memberikan dampak yang lebih besar.

Inilah yang dilakukan oleh Midea. Midea tak asal langsung menggunakan influencer dengan jumlah followers terbanyak untuk mempromosikan produknya.

“Mengidentifikasi kebutuhan menjadi langkah awal yang sangat penting dalam memilih influencer. Setiap produk memiliki target pasar dan persona yang berbeda. Ini penting untuk mengetahui dengan jelas karakteristik produk yang akan dipromosikan,” kata Fitria Nagari, Brand Communication Midea.

Proses pemilihan influencer juga melibatkan pengecekan kesesuaian persona influencer dengan produk yang akan dipromosikan, jumlah pengikut, dan kinerja engagement mereka. Selain itu, penting untuk memastikan bahwa influencer tersebut tidak terlibat dalam berita negatif dan tidak sedang bekerja sama dengan kompetitor.

Influencer yang memiliki pengikut banyak (makro dan mega influencer) sering digunakan pada tahap awal kampanye untuk meningkatkan kesadaran merek secara luas. Namun, seiring berjalannya waktu dan produk mulai dikenal, fokus bergeser ke influencer dengan pengikut yang lebih sedikit namun lebih terlibat (mikro dan nano influencer) untuk mendorong pertimbangan dan konversi pembelian.

“Tren saat ini menunjukkan bahwa influencer nano dan mikro cenderung lebih efektif dalam mendorong penjualan karena mereka memiliki engagement yang lebih tinggi dengan pengikut mereka. Oleh karena itu, banyak perusahaan mulai mengadopsi strategi “always on campaign” yang melibatkan kerja sama jangka panjang dengan banyak influencer nano dan mikro untuk terus meningkatkan awareness dan penjualan produk secara konsisten,” ujar Fitria.

Begitu pula dengan SHARP Indonesia. Merek asal Jepang ini menggunakan influencer dengan skala besar untuk melakukan promosi, dan influencer yang lebih kecil untuk mendorong penjualan. Namun, dengan usia merek yang sudah senior, dan memiliki banyak lini produk, SHARP Indonesia lebih ingin mendorong penjualan melalui strategi ini.

“Karena micro influencer memiliki tingkat engagement yang lebih tinggi dan dapat menjangkau target audiens yang lebih spesifik,” kata Pandu Setio, PR & Brand Communication Department Head PT Sharp Electronics Indonesia.

Sama halnya dengan vivo Indonesia. Merek smartphone ini menggandeng figur seperti Joko Anwar dan Raline Shah dalam perilisan produk barunya yakni X100 series dan X-Fold 3 Pro. Joko Anwar menjadi figur untuk merepresentasikan X100 series, sementara Raline Shah menjadi figur untuk merepresentasikan X-Fold 3 Pro.

Dalam praktiknya, kolaborasi dengan influencer bisa terjadi dalam dua arah. Ada influencer yang mendekati perusahaan dengan niat untuk mengulas produk, dan ada juga perusahaan yang secara proaktif mengajak influencer untuk bekerja sama. Setiap kolaborasi harus dievaluasi untuk memastikan kesesuaian antara produk dan persona influencer. Hal ini penting untuk menghindari ketidakcocokan yang dapat merusak citra produk dan merek. Ini juga yang dilakukan vivo Indonesia.

“vivo tidak melihat angka sama sekali. Meskipun influencer ini baru, selama dia punya keahlian untuk me-review yang baik dan memberikan pengaruh, kami terbuka untuk bekerja sama,” kata Alexa Tiara, PR Manager vivo Indonesia.

Untuk urusan menjadi brand ambassador (BA), yang dilakukan vivo tentu berbeda dengan cara menjalin kerja sama dengan influencer. Alexa melihat bahwa kecocokan persona dan produk menjadi penting pada tahap ini. Menurutnya, pemilihan BA untuk produk smartphone tak mendorong awareness semata.

“Tentunya, pemilihan BA itu juga untuk mendorong sales, supaya orang-orang yang mengikuti Raline Shah, yang mengikuti Joko Anwar juga bisa melihat produk yang mereka pakai dan mungkin mereka ter-influence untuk juga pakai dengan produk yang mereka advertise,” kata Alexa.

Meskipun influencer makro dan mega dapat membantu dalam meningkatkan kesadaran merek, influencer dengan pengikut lebih sedikit seringkali memiliki hubungan yang lebih erat dengan audiens mereka. Dampaknya, rekomendasi produk terasa lebih personal dan dapat dipercaya. Hal ini sangat penting dalam industri elektronik mengingat keputusan pembelian seringkali didasarkan pada ulasan dan rekomendasi yang dapat dipercaya.

Dengan demikian, influencer marketing telah membuktikan dirinya sebagai alat yang efektif dalam memasarkan produk elektronik. Dengan memilih influencer yang tepat dan mencocokkan mereka dengan produk yang sesuai, perusahaan dapat menciptakan kampanye pemasaran yang tidak hanya meningkatkan kesadaran merek, tetapi juga mendorong penjualan dan membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen.

KUTIPAN

“Influencer nano dan mikro cenderung lebih efektif dalam mendorong penjualan karena mereka memiliki engagement yang lebih tinggi.”

Fitria Nagari
Brand Communication Midea

Leave a Reply